Senin, 18 April 2011

Soul Friend's

"Ehm.."
Semua serempak berbalik ke sumber suara.
"Kam bikin apa di sini? Buat aura negatif saja di z punya kamar" ujar Cindy.
"We, perem, coe dari saja?" tanya Nency.
"Biasa, hari ini z punya fans udah ngebet banget pengen ketemu z, jadi karna z tuh baik makanya z jumpa fans," jawab Cindy asal.
"Alah, emang coe punya fans? Paling - paling cuma tukang tagih - tagih hutang yg kejar - kejar coe," cerocos Uwis.
"Ye, sembarang coe," Cindy tak sengaja melirik Inggrid yang berbaring di atas ranjangnya.
"Gi-git!! Turun kao. Jangan sampai coe ngences lagi" usir Cindy.
Dengan malas Cindy turun dari ranjang Cindy.
"Eh guys, tadi z dengar - dengar dari Monika kalo besok malam bakal di adakan jurit malam di sekolah. Tong ikut kah?" Stella memberitahukan apa yang di dengarnya tadi di sekolah.
"Ah, macam coe berani ikut kah?" kata Dian.
"Iyo. Penakut bokar baru," tambah Nency.
"Coe juga moh," Stella membela diri.
"Kayaknya seru tuh. Jalan, tong ikut kah?" ajak Manter.
"Iyo, begini coe dapat ikut dari kuntilanak baru bilang sulap eh" kata Fiertho.
"Z macam malas kah," ujar Inggrid.
"Coe ikut sudah moh," tawar Dyandra.
"Kalo coe Cindy?" tanya Inggrid.
"Sabar dulu. Tong kemana dulu kah, macam di sini sesak sekali kah," ajak Cindy.
Mereka pun lalu beralih ke rumah Dyandra.
"Jadi?" kata Stella membuka percakapan.
"Jadi apaan? Tong sate Vinencya?" tanya Inggrid.
"Sate z tuh, kam tega sekali" kata Nency.
"Bukan coe. Tapi kucingnya Cindy," Inggrid memberi penjelasan.
"Kalo coe berani nih, z santet coe tra bisa boker 10 hari nanti." ucap Cindy.
"Jieh, z tanya, besok tong jadi ikut jurit malam kah tidak?" tanya Stella sambil memukul pundak Fiertho yang duduk tepat di sampingnya.
"Tra main pukul bisa toh?" kata Fiertho jengkel.
"Kalo z lihat nanti keadaan saja, biarlah arus yang membawa z" ujar Inggrid.
"Hanyut dong lo bu ke bawa arus" kata Uwis.
"Bukan maksudnya gitu juga pak."
"Kam ikutkah, biar ada kegiatan yang bisa tong lakukan bersama" rayu Stella.
Cindy berfikir sejenak, "Btw, Kharin mana eh?" tanya Cindy.
"Dia ada pulang. Mo keramas," jawab Fiertho.
"Siang-siang begini? Mau kemana jadi?"
"Ah tra, tadi ada kecoa yang terbang terus hinggap di dia punya rambut." Dian lalu menceritakan kejadian yang mereka alami tadi.
"Ya ampun. Sampe segitunya. Baru Dyandra mana ini? Yang punya rumah hilang lagi."
"Tau. Di dapur kali" jawab Inggrid.
Cindy berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan menuju dapur. Ternyata benar, Dyandra sedang berada di sana.
'Z mesti selidiki ini apaan' batin Dyandra sambil memegang 'barang' yang diambilnya saat berada di kamar Cindy.
"DOR..." Cindy menepuk bahu Dyandra sehingga membuatnya kaget.
Dyandra secara tidak sengaja melepaskan 'barang' itu dari genggaman tangannya.
"Apaan tuh?" tanya Cindy ketika mendengar suatu bunyi sebuah benda terjatuh.
"Bu.. Bukan apa - apa kok," jawab Dyandra dan segera menunduk meraba - raba lantai daerah sekitar dia berpijak.
'Mana lagi tuh benda' batin Dyandra.
Jari Dyandra menyentuh sesuatu yang padat dan sedikit lunak.
'kok jadi lunak gini sih?' pikir Dyandra dalam hati.
Dyandra mengambil benda itu.
"Ci.. Ci... Cicak?!!" teriak Dyandra histeris begitu mengetahui bahwa benda yang dia ambil adalah cicak.
Cicak yang Dyandra pegang ia segera buang malah mengenai kaki Cindy.
"HUAA!!" teriak Cindy nyaring membuat SF mendengar suaranya.
"Eh, itu bukanya suaranya Cindy ya?" tanya Uwis mestikan.
"Kayaknya deh. Tong coba cek mereka dulu." kata Inggrid.
Mereka segera capcus ke dapur. Saat tiba di sana, Cindy juga tengah menghempaskan kakinya agar cicak itu terlempar.
"Kenapa we?" tanya Manter.
Cicak itu terlempar ke muka Fiertho. Fiertho dengan cepat mengambil cicak itu dan malah melemparnya ke Uwis. Uwis berhasil menghindar dan malah menyenggol nampan berisi 9 es jeruk dan akhirnya tumpah.
"Uwis!!" teriak Dyandra.
***
Malam harinya Inggrid berjalan sendiri di pinggiran kota setelah capek berkeliling - keliling mencari pernak pernik untuk mading di SMP West.
Setelah meneguk habis minuman kalengnya, ia melempar kaleng bekasnya itu dengan masa bodoh ke belakangnya.
"Aduh..." rintih seseorang.
Inggrid spontan menoleh ke belakang setelah mendengar suara itu.
"Eh, om, maaf" ujar Inggrid sambil menghampirinya.
"Om, om, kamu kira saya om kamu apa? Saya juga masih muda tau." kata orang itu sewot.
Di tempat itu penerangannya memang kurang sehingga membuat Inggrid susah untuk melihat wajah orang itu dengan jelas. Setelah Inggrid perhatikan baik - baik, ternyata dia adalah seorang cowok yang masih muda dan ganteng.
"Maksudnya kak. Maaf ya kak," kata Inggrid dengan perasaan sedikit bersalah.
"Ya sudah. Ni sampah kamu. Jangan buang sembarangan ya," ujarnya dan menyerahkan kaleng bekas yang tadi di lempar Inggrid ke Inggrid.
"Cakep juga." gumam Inggrid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar